Ok, saya lanjutin lagi cerita dari
Part 1 ya! Hari berganti hari, makin mendekati HPL saja. Gini2 saya juga bisa nervous & cemas wkwkw, tapi kekhawatiran itu segera beralih menjadi harapan dan doa karena sebentar lagi sang buah hati akan hadir... ciyeee. Hari itu Sabtu, tanggal 31 Maret. Hari itu paksu sedang ngunjungin bininya di Jakarta (padahal dia lagi pusing tujuh keliling ngurusin kerjaan). Jd sambil ke Jakarta untuk siaga nengokin saya, dia basically juga bawa laptop nyelesein laporan2 kerjaannya yg numpuk wkwkwk. Saya jadi mikir ih meuni dia bela2in banget nengokin saya, pdhl kalau mau skip ke Pondok Gede ngga apa-apa karena dia punya deadline yg penting banget saat itu hehehe. Ya sutralah, mangga ajah, mungkin dia emang pengen standby berhubung HPL nya juga sebentar lagi, gitu pikir saya.
Sabtu pagi itu saya dan nyokap berencana mau masak spesial karena di rumah juga lagi pada ngumpul adik saya yg pertama & istrinya, so pagi itu saya & emak jalan2 cantik ke depan komplek untuk belanja sayur mayur dan aneka cemilan. Lumayan juga jalan ke depan komplek bolak balik sampai rumah bisa dapet 15-20menit.
Belanja kelarrr, setibanya di rumah sekitar pukul 9 kami langsung ke dapur untuk mempersiapkan bahan-bahan yang sudah dibeli tadi dan segera memasaknya. Dan hari itu saya masak menu spesial: cumi item tumis tahu hehehe.
Masak pun beres, nggak lama setelah itu sekira pukul 11 siang, saya merasakan mules2 pertama. "Wih mules apaan niii..." saya membatin ketika ngerasain semacam sekelebatan nyeri ringan di sekitar perut bagian bawah. Rasa mulesnya sama seperti nyeri datang bulan, tapi mulesnya ini nggak berlangsung lama alias datang dan pergi sesuka hati. Mules berikutnya kerasa sekitar satu jam setelahnya. Saya pun masih santai2 aza, mungkin semacam Braxton Hicks hehee.
Nah makin sore makin intens deh tuh mules2nya di mana dia muncul setiap setengah jam sekali. Di situ saya langsung curiga, 'is this it?'. Saya langsung ngasitau paksu yang tengah sibuk ngetik2 kerjaannya di leptop bahwa mulesnya mulai semakin rajin muncul. Siang pun berganti malam, saya mulai meringis2 nahan mules yang rasa ngilu & nyerinya sudah kian bertambah w.o.w saja. Sekitar jam 21.30 tas pakaian dan perlengkapan persalinan masuk ke bagasi mobil, kami pun memutuskan untuk capcusss ke RS Masmitra...
Sampai TKP, saya segera didudukkan di kursi roda dan kami menuju ruang UGD. Administrasi beres, suster pun mengarahkan saya ke ruang persalinan. Sementara saya kriyepan aja nahan mules yang datang dan pergi silih berganti. Di ruang persalinan, suster segera ngecek kondisi vital saya dan detak jantung si debay. Dan saat itu rahim udah bukaan 3. Mbak suster pun meminta agar kami menunggu di sana hingga bukaan terus berlanjut dan dia akan terus memantau perkembangannya setiap satu jam sekali. Dan suster ngabarin bahwa hari itu dr. Wawan sedang keluar kota, dan RS akan menghubungi dokter lain yang available sesuai rekomendasi dr. Wawan.
Jam di ruang persalinan saat itu menunjukkan lewat pukul 12 malam, dan kontraksi pun makin menjadi-jadi. Paksu dengan setia dan penuh kesabaran mendampingi dan menggenggam tangan saya, sementara bininya berjuang menahan mulesnya kontraksi yang rasanya luar biasa subhanallah... Sesekali paksu menyodorkan teh hangat manis untuk mengembalikan tenaga saya yang hilang. Ngga lama kemudian, suster kembali ngecek perkembangan saya. Bukaan 6. Alhamdulillah, ada kemajuan signifikan dan nggak perlu induksi. Lalu air ketuban saya mulai pecah dan kerasa banget itu ngalirnya kayak balon pecah, dan sekitar pukul 02.00 status saya sudah mencapai bukaan 9 menuju 10.
Beberapa suster bergegas memasuki ruangan dan mempersiapkan perlengkapan medis persalinan. Dokternya pun datang, horeee ^^. Eng ing eeeng he is dr. Putra Ismaya SpOG (yg suka nonton TVOne mungkin tau ya hahaha) yang akan membantu persalinan saya. Setelah menyapa dan memperkenalkan diri dengan ramah, dr. Putra segera menjelaskan bahwa ini udah bukaan full. Saya dipersilahkan mengikuti instruksinya untuk ngeden/mengejan sekuat2nya. Tapi nggak asal ngeden, harus ngikutin aba-aba dokter dan ada tekniknya, yaitu ngeden lah sekuat2nya sepuas2nya di saat gelombang kontraksi/mules mulai kerasa datang, dengan mata tetap terbuka dan tatapan mata terus mengarah ke perut.
Bismillah, this is it! So the struggle begins... Kontraksi datang lagi, saya langsung mencengkeram tangan paksu seerat-eratnya dan mengejan sekuat-kuatnya. Kontraksi lagi, tarik nafas dalem, ngeden lagi, istirahat lagi. Kontraksi lagi, tarik nafas dalam-dalam, ngeden lagi, istirahat lagi. Entah di kontraksi kedua apa ketiga gitu, dokter bikin episiotomi, tapi nggak kerasa sakit ya karena sakitnya udah ketutup duluan sama dahsyatnya mules kontraksi hehee.
Masuk kontraksi keempat, saya bisa merasakan kepala debaynya udah keluar. Dan menjelang kontraksi kelima, saya ambil nafas sedalam2nya lalu, bismillah... Saya pun mendorong sekuat2nya dan alhamdulillah baby ku lahiiiiir huhuhuuu ;'. Paksu pun langsung mewek (ini mewekannya yang kedua, pertama dia mewek waktu sungkem ke ortu setelah akad nikah wkwkwkw).
 |
Hello Aisyah my little one. |
Setelah baby nya lahir, entah gimana itu beneran ya mules2 yang tadi langsung sirna seketika itu juga. Suster juga memberi kesempatan kepada saya untuk meng-IMD. Sebelum IMD, mbak suster membantu menstimulasi agar cairan kolostrum dapat keluar. Kemudian, suster meletakkan debay di pelukan saya. Debay langsung nemplok trus mulai nyenyen perdana. Oiya pas lahir BB nya Aisyah 2,9kg dan panjangnya 49cm, launching 1 April 2018 jam 02.17 dini hari. Alhamdulillahirobbil 'alamiin puji dan syukur nggak berhenti kami panjatkan kepada-Mu atas karunia kelahiran anak pertama kami, Aisyah... Sekarang jadi paham bener bener dahhh kenapa Rasulullah saw mengatakan "Ibumu, ibumu, ibumu. Ayahmu...". Itulah mengapa surga ada di telapak kaki ibu hehe wallahualam bishshawab... Well, itulah cerita pengalaman pertama saya waktu persalinan Aisyah, and the rest is history. Thanks a lot for reading yaa...